Minggu, 08 Januari 2012

TEORI SEMIOTIK C.S PIERCE DALAM PUISI AD-DAHRU KARYA MAHMUD SHAMI BASHA

A.PENDAHULUAN Puisi sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji dari segi struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-saran kepuitisanya. Meskipun demikian, orang tidak dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Menurut Luxembrug (1984:175), taks puisi adalah taks-taks monolog yang isinya pertama-tama tidak merupakan sebuah alur, disamping itu taks puisi disajikan dengan tipografi tertentu. Dalam puisi Ad-Dahru karya Mahmud Shami Basha ini setidaknya kita bisa mengambil hikmah tentang bagai mana kita harus bersifat selektif dengan cara meninggalkan keraguan dan mengambil kepastian dalam berfikir, bersikap pasti atas segala kesulitan dalam melangkah. Mengefesiensikan waktu dalam kehidupan bukanlah hal yang mudah mengingat globalisasi dunia yang banyak menawarkan hal-hal yang bisa membuat kita bermalas-malasan B. PEMBAHASAN  Mengenal C.S Pierce Pierce lahir di negri paman sam (1839-1914), sebagai ahli semiotik, logika, dan matematika. Beliau satu angkatan dengan Sa Ussure. Pierce menawarkan konsep triadik sehingga terjadi jeda oposisi, istilah semiotika itu berasal dari Peirce, Pierce juga yang kemudian megembangkan teori umum tanda-tanda. Menurut Pierce semiotik adalah studi tentang tanda dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan dengannya seperti: fungsi-fungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda yang lain, proses pengirimannya dan penerimaannya. Mengigat luasnya studi ini, maka semiotik dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu: sintaksis, semantik, dan pragmatik. Dilihat dari faktor yang menentukan adanya tanda, maka tanda dibedakan sebagai berikut: 1. Repsentamen, ground, tanda itu sendiri, sebagai perwujudan gejala umum: • Qualisigns, terbentuk oleh kwalitas; warna hijau. • Sinsigns, tokens, terbentuk melalui realitas fisik; rambu lalu lintas. • Legsigns, type, berupa hukum; suara wasit dalam pertandingan. 2. Object (designatum, denotatum, referant), yaitu apa yang diacu: • Ikon, hubungan tanda dengan objek karena serupa, misalnya foto. • Indeks, hubungan tanda dengan objek karena sebab akibat, seprti: asap dan api. • Simbol, hubungan tanda dengan objek karena kesepakatan, seperti: bendera. 3. Interpretant, tanda-tanda baru yang terjadi dalam batin penerima: • Rheme, tanda sebagai kemungkinan: konsep. • Dicisigns, dicent digns, tanda sebagai fakta: pernyataan deskriptif. • Argument, tanda nampak sebagai nalar; proposisi. Ada dua hal yang menyebabkan semiotika menarik bagi siapapun. Pertama, faktanya adalah telah terbukti semiotika memiliki wilayah kajian aplikatif yang mencakup semua disiplin. Kedua, hakikat semiotika sebagai ilmu yang menelaah produksi dan interpretasi tanda membuatnya sudah menarik sejak awal. Hakikat itu membawa semiotika pada pemahaman bahwa sesuatu yang disebut realitas itu tidak lain dari representasi. Artinya, realitas selalu merupakan versi seseorang atau suatu lembaga mengenai perkara yang tersaji sebagai realitas itu. Pada gilirannya, bisa kita pahami bila semiotika mengatakan bahwa apa yang dianggap realitas bagi seseorang belum tentu demikian bagi orang lain.  Analisi Dari Puisi Mahmud Shami Basha. Dari beberapa bait puisi itu mari kita bahas secara semiotik, ini mungkin inti data relevan dari taks beberapa bait puisi Mahmud Shami Basha. “Janganlah seperti air laut yang keruh, yang bisa menjadikan akhlak kita kotor dan tamak”, terbentuk melalui realitas fisik. Jadi air laut yang keruh itu bisa di ibaratkan seprti otak/fikiran manusia, kita tau jika air laut keruh itu kotor, bisa dikatakan pikiran kita juga kotor karena ketamakan itu. Dari kutipan kalimat diatas kita dituntut untuk berfikir secara positif. “Kita tidak akan pernah mengetahui peristiwa yang belum terjadi, maka janganlah tertipu oleh kehidupan yang selalu menipu”. Hubungan tanda dengan objek karena sebab akibat, mungkin maksud dari pernyataan ini kita bisa bersikap lebih dewasa dalam menentukan arah kehidupan yang kita jalani, seperti strategi dalam permainan sepak bola, semuah sudah memiliki kemampuan diatas rata-rata tapi pra pemain masih butuh bimbingan untuk bisa mencetak gol, diatas lapangan para pemain paham apa yang seharusnya dia lakukan, tapi disamping itu mereka masih butuh taktik lagi dari seorang manager. Mungkin bisa di ibartkan demikian tentang bagaiman cara menjalani hidup supaya tidak tergelincir dalam tipu muslihat. Kita masih butuh bimbingan dari orang tua, para dosen/guru supaya kita tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah demi memahami apa tindakan kita yang harus dijalani. “Terkadang waktu menipu dengan cita-cita yang menggembirakan, sedangkan umur kita bertambah dan hari-hari banyak menipu”, dalam bait itu kita seolah-olah terbawa dalam kesenangan belaka dan tidak mneyadari bahwa kehidupan yang sesungguhnya terus berjalan, bahkan kehidupan itu sendiri bisa menipu kita jika kita sendiri tak menyadarinya. Mungkin menurut C.S Pierce ini digolongkan dalam sistem tanda Legsigns, type, berupa hukum, dimana titik kelemahan kita ada pada ketidak sadaran kita sendiri dalam menjalni hidup. Tanda dalam bait itu kalo kita pahami berarti kita harus memanfaatkan waktu dalam keadaan apapun, tidak kesulitan dan mudah mengambil keputusan. “Jangan menyia-nyiakan waktu yang berjalan, itu berbahaya, karena kita tidak tau apa yang akan datang dan berlalu”. Masih ingat teori S.C Pierce tentang pembahasan Object (designatum, denotatum, referant)? Beliau telah membeberkan banyak penjelasan tentang pembagian sistem tanda. Itu berarti makna tanda dari arti tersebut kita harus berbuat pasti dalam menjalani waktu yang terus berlalu, langkah kita pasti dan tidak ragu-ragu, karean waktu tidak dapat terulang kembali. “Orang-orang yang sombong yang tertipu oleh kesombongannya, semoga harimu dipenuhi oleh keimanan yang bermanfaat buat kehidupan”. Harapan dari pengarang puisi ini mungkin bagi orang yang sombong yang melewatkan waktunya dengan sia-sia semoga sadar apa yang sudah dijalani selama ini. Pemahaman ini kita bisa mengutip dari kata “tertipu oleh kesombongannya”, disitu sangat jelas ditunjukna bagi orang yang tidak berfkir secara positif, dan akibat dari tidak berfikir positif maka ganjarannya ia terlalu menikmati hidup yang konyol yang tidak ada artinya dalam waktu yang ia lewati. “hidup itu seperti baju yang pasti dilepaskannya, dan setiap baju apabila dicuci pasti dilepas”. Ya sangat benar, kita hidup baju, baju disini simbol cara berfikir yang positif/efesien, tidak kotor dan tidak sombong, jika itu terjadi pada diri kita maka kita bisa menyadarkan diri tentang apa yang telah kita lewti dalam hidup ini.Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. C.KESIMPULAN Dalam puisi Ad-Dahru karya Mahmud Shami Basha kita dapat memahami apa yang disampaikan pengarang dalam puisi Ad-dahru tentang bagaiman kita harus disiplin dalam memanfaatkan waktu dalam kehidupan kita, jangan sampai waktu yang terus berputar terlewati dengan sia-sia, disisi lain kita juga harus bisa berfikir efesien untuk menjalani waktu ini, bersikap yang pasti tidak ragu-ragu dalam melangkah. Semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia.Pemahaman dilakukan oleh mahzab Stoik dan kaum Epikurean di Athena sekitar abad ke-3 SM, khususnya oleh filsuf Philodemus, dalam kaitannya dengan perbedaan antara tanda alami dan tanda konvensional. Mungkin setidaknya kita dapat memahami sedikit tentang puisi Ad-Dahru jika dikaji dengan teori semiotik C.S Pierce, secara tidak langsung kita sendiri kadang tidak memahami sistem tanda yang sudah dijelaskan didalam sekeliling kehidupan kita. DAFTAR PUSTAKA Kutha Ratna, nyoman. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Djoko Pradoko, Rachmat.1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta. Gadja Madah University Press. Kutha Ratna, nyoman. 2009. Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta. Pustaka pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar