Senin, 09 Januari 2012

STRUKTURALISME OTONOM

STRUKTURALISME OTONOM
Strukturalisme otonom memusatkan pada perhatiannya pada otonomi sastra sebagai karya fiksi. Artinya menyerahkan pemberian makna karya sastra tersebut terhadap eksistensi karya sastra itu sendiri tanpa mengaitkan unsur yang adas di luar struktur signifikasinya.
Strukturalisme berpendapat bahwa untuk menanggapi karya sastra secara objektif haruslah berdasarkan teks karya sendiri (Sayuti, 2001: 66-69). Pengkajian terhadapnya hendaknya diarahkan pada bagian-bagian karya yang menyangga keseluruhan, dan sebaliknya bahwa keseluruhan itu merupakan bagian-bagian. Pandangan ini merupakan reaksi dari pandangan mimesis dan romantik yang menekankan karya sebagai tiruan objek-objek di luarnya, dan oleh karena itu, penilaian lebih menekankan pada aspek ekspresifitas. Maksudnya, lebih menekankan pada biografi pengarang dan sejarah karya sastra.
Terdapat tiga gagasan pokok yang termuat dalam teori struktur (Peaget dalam Jabrohim, 2001: 56). Ketiga unsur tersebut adalah pertama, gagasan keseluruhan (wholeness) yang dapat diartikan sebagai bagian-bagian atau analisirnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. Kedua, gagasan transformasi (transformation), yaitu sebuah struktur menyanggupi prosedur transformasi yang terus-menerus sehingga memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru. Ketiga, gagasan mandiri (self regulation), yaitu tidak memerlukan hal-hal yang berasal dari luar dirinya untuk mempertahankan transformasinya.
Suatu konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa di dalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalinan (Pradopo dalam Suwondo, 2001: 55). Pendapat ini mengisyaratkan bahwa untuk memahami makna, karya sastra harus terlepas dari latar belakang sejarah,niat penulis, dan lepas dari efek pembacanya.
Strukturalisme adalah cara berfikir tentang dunia yang dikaitkan dengan persepsi dan deskripsi struktur (Hawks dalam Suwondo, 2001: 55-56). Pada hakikatnya dunia ini lebih tersusun dari hubungan-hubungan daripada benda-bendanya. Dalam kesatuan hubungan tersebut, setiap unsur atau analisirnya tidak memiliki maknanya sendiri-sendiri, kecuali hubungan dengan analisir lain sesuai dengan posisinya di dalam struktur.
Dalam perkembangannya pendekatan ini dirasa kurang valid dalam pemberian makna terhadap karya sastra. Apabila sastra hanya dipahami dari unsur intrinsiknya saja, maka karya sastra dianggap lepas dari konteks sosialnya. Padahal pada hakikatnya sastra selalu berkaitan dengan masyarakat dan sejarah yang melingkupi penciptaan karya tersebut. Oleh karena itu pendapat kaum strukturalisme murni/ otonom banyak mendapat kritikan oleh penganut strukturalisme genetik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar