Jumat, 13 Januari 2012

SEJARAH DESA KEDUNG DALEM

KEDUNG DALEM
Perkawinan Sunan Gunung Jati dengan dewi tala putri Ki Gede Tepak dikaruniai dua orang, yaitu Pangeran Surakaca dan Pangeran Pringgabaya. Pangeran pringgabaya semula hidup di pengembaraannya dijawa tengah, kemudian pulang ke Cirebon. Di tengah perjalanan (dihutan roban pekalongan) ia bertemu dengan pangeran gesang keterunan prabu Brawijaya dari majapahit yang memliki keris bernama si Gagak. Dalam melanjutkan perjalanannya, mereka bertemu dengan ular lempe, ular laut yang sangat berbisa di pantai laut jawa.
Pangeran Pringgabaya berkelahi dengan ular lempe hingga ular tesebut dan dapat dikalahkannya. Setelah dibantingkan, Ular lempe kemudian berubah bentuk menjadi sebuah keris “si lemped”. Sekarang tangkai si lemped berada di desa bayalangu kidul, dan kerisnya di desa kapringan.
Setelah pangeran pringgabaya dan pangerang gesang tiba dikeraton pakungwati Cirebon, mereka di tugaskan untuk tinggal di dua tempat yang berbeda. Pangeran pringgabaya ditugaskan didaerah kapringan (sekarang termasuk kecamatan krangken, indramayu), dan pangeran gesang di gegesik ( sekarang Gegesik kidul, kecamatan Gegesik kabupaten Cirebon), hingga mereka membangun pedukuhan masing-masing.
Pangeran gesang mempunyai tiga orang putra:
1.Pangeran Durakhman ( Ki Ageng Guwa ).
2.Pangerang Jagabaya ( Ki Jagapura).
3.Nyi Mertsari ( Nyi Ageng Gegesik).
Pangeran pringgabaya berputrakan pangeran dayalautan yang menurunkan keturunan yang bernama Ki Maspa. Selanjutnya Ki Maspa mempunyai anak bernama Ki Warsiki. Dengan demikian Ki Warsiki adalah keturunan keempat Sunan Gunung Jati (cicit P. Pringgabaya).
Sudah menjadi tradisi keratin pangkuwati apabila setiapminggu para ki Gede atau putra-putrinya wajib melaksanakan piket untuk menjaga barang-barang jimat di gedung jinem. Ketika pangeran warsiki (ki warsiki)mendapat giliran piket, kebetulan piketnya bersamaan dengan giliran putrid megu anak ki gede megu. Kesempatan piket bersama ini mereka lakukan dengan besenda gurau, bercanda ria diselingi gelak tawa, sehingga menarik perhatian pinangeran keraton dan memandang keduannya yang sedang dimabuk asmara itu melakukan pelanggaran.
Kejadian itu di laporkan para pinarengan kepada sultan. Sultan marah, lalu mereka dinikahkan dan dibuang kesuatu daerah yang disitu ada kolam yang sangat edalam dan ditepinya terdapat “KEDUNG GEMPOL”. (konon merka ditembak dengan senjata rantai dan terbang terbawa senjata itu, kemudian jatuh ditepi kolam yang dalam).
Ki warsiki dan putri megu dikaruniai dua orang anak yaitu:
1.Pangeran Jaka Dolog atau Ki Slonto, tinggal di kapringan.
2.Pangeran Jalaksana, tinggal di penganjang indramayu. Pangeran jalaksana menikah dengan putri penganjang.
Ki warsiki menikah lagi dengan putri bayalangu, tetapi tidak dikaruniai anak. Ki warsiki didamping kedua istrinya hidup bahagia dan tentram, sehingga saat membangun pedukuhan Kedungdalem yang maju dan penduduknya terus bertambah yang berdatangan dari pedukuhan lain, seperti dari Arjawinangun, Gegesik dan karangsembung. Ki warsiki memimpin dengan adil dan bijaksana, senatiasa menjalin hubungan kerja sama dengan pedukuhan lain.
Setiap sultan Cirebon Mbah Kuwu sangkan atau pangeran cakra buana atau disebut juga H. Abdul Imam berkeliling ke daerah, beliau sering menyempatkan singgah di tempat ki warsiki. Jika tiba waktu sholat, beliau mengambil air wudlu di kolam yang dalam itu. Kemudian ki warsiki member nama pedukuhan itu “KEDUNG DALEM”, artinya tempat orang-orang keraton singgah.
1.KEDUNG = KOLAM DALEM = DALAM (jero – Bhs.JAWA)
2.KEDUNG = TEMPAT SINGGAH DALEM = Orang-oarang keraton (abdi dalem)
Desa kedung dalem terletak kira-kira 30 km sebelah barat laut kota Cirebon, dan termasuk wilayah kecamatan GEGESIK, didirikan oleh Bekel Sal ( H. Abdul Majid), pda tahun 1925.
Bekel Sal adalah seorang tuan tanah yang kaya raya. Ia mempunyai tanah yang sangat luas di daerah Karangampel, Kapetakan, Dukuh. Ia sering membayar Upeti kepda Residen Belanda di Cirebon dengan enam kwintal beras ketan dan dua puluh tujuh ekor sapi. Ia mendapat surat keputusan sebagai kepal desa pada 1925 dari residen belanda. Sebelum menjadi kedungdalem, wilyah initerdiri dari 4 bagian daerah, yaitu :
1.Blok Santrok Lor, dulunya termasuk desa gegesik lor.
2.Blok Santrok Kidul, dulunya termasuk desa gegesik wetan
3.Blok Kedung Tengah, dulunya termasuk desa bayalangu kidul.
4.Blok Kedung lor, dulunya termasuk desa bayalangu Lor.
Nama Santrok berasal dari kata(“nyanting”=nyanggrok/menyangkut), yaitu ketika terjadi perng kedongdong banyak yang meninggal dan mayatnya terbawa hanyut di sungai ciwaringin. Mayat-mayat itu tersangkut di suatu tempat yang akhirnya tempat itu disebut Santrog/Santrok. Mayat-mayat itu di kubur dipekuburan Kibuyut Radegan atau kibuyut sar /ki buyut bandung.
Disebut kibuyut bandung atau kibuyut sar karena di tempat itu ( di sebelah sungai ciwaringin kedung dalem ) terdpat kunuran buyut resijan yang berasal dari bandung, dan buyut sar (nyi sar. Nyi sar berasal dari bode, yang keduanya menetap di kedung dalem.