Selasa, 10 Januari 2012

Pendekatan Pragmatik dan Teori Moral

Teori adalah cara membebaskan karya-karya sastra dari cengkraman ‘sensibilitas beradab’, dan melemparkannya secara terbuka pada semacam analisis dimana secara prinsip semua orang dapat terlibat untuk berpartisipasi.
Abram mengemukakan ada empat model pendekatan terhadap karya sastra. Dijelaskan oleh Abram bahwa model yang memusatkan kajiannya terhadap peran pengarang disebut ekpresif, bila menitik beratkan sorotannya pada pembaca sebagai penyambut dan penghayat atau penikmat sastra disebut pragmatik, yang lebih berorietasi pada aspek referensialnya disebut mimetik, sedangkan yang memberikan perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonomi dengan koherensi intrinsik disebut pendekata objektif.

Pendekatan Pragmatik
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan pragmatik. Pendekatan Pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Pragmatik adalah cabang penelitian yang kearah aspek kegunaan sastra. Dalam aspek
pragmatik, teks sastra dikatakan berkualitas apabila memenuhi keinginan pembaca.
Penelitian pragmatik sastra memang masih jarang dilakukan, tidak seperti halnya bidang pragmatik bahasa yang telah banyak dikenal luas. Akibatnya, kita baru menemukan beberapa bagian lepas dan masih sepotong-sepotong tentang pendekatan pragmatik penelitian sastra lewat gagasan Horatius, yang kemudian dikembangkan lagi oleh poe, Wellek dan Weren, Abram, dan Teeuw. Muara dari pandangan-pandangan mereka adalah berupaya menjelaskan tentang bagaimana fungsi karya sastra diciptakan.
Menurut Pradopo, pendekata pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama, maupun tujuan yang lain. Dalam praktiknya pendekatan ini cenderung menilai karya sastra menurut keberhasilannya dalam mencapai tujuan tertentu bagi pembacanya.
Dalam praktiknya, pendekatan ini mengkaji dan memahami karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan pendidikan (ajaran) moral, agama, maupun fungsi sosial lainnya. Semakin banyak nilai pendidikan moral dan atau agama yang terdapat dalam karya sastra dan berguna bagi pembacanya, makin tinggi nilai karya sastra tersebut.

Teori Moral
Di samping karya sastra dapat dibahas dan dikritik berdasarkan sejumlah pendekatan yang telah diuraikan sebelumnya, karya sastra juga dapat dibahas dan dikritik dengan pendekatan atau teori moral moral. Sejauh mana sebuah karya sastra menawarkan refleksi moralitas kepada pembacanya? Pendekatan ini sebenarnya termasuk tipe pendekatan pragmatik karena membahas hubungan antara karya sastra dan pembacanya, yaitu pesan moral apa yang disampaiakan oleh karya sastra kepada pembaca.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang dalam kajian khusus masih memerlukan teori-teori bantu yang lain untuk menentukan kajian yang dianggap penting oleh peneliti dan untuk menentukan suatu objek tertentu (khusus), begitu pula teori moral dalam perjalanannya tetap masih membutuhkan pendekatan pragmatik sebagai suatu sudut pandang dalam menganalisis sebuah karya sastra, lebih dari itu bahwa pendekatan pragmatik dan teori moral sama-sama membahas hubungan antara karya sastra dan pembacanya, yaitu pesan moral apa yang disampaikan oleh karya sastra kepada pembaca. Untuk memudahkan dalam kajian ini, peneliti berfokus pada kajian moral yaitu pesan moral apa sajakah yang disampaiakan oleh karya sastra kepada pembaca dalam novel “Naib Izrail”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan bantuan teori moral yaitu teori moral yang diusung oleh Burhan Nurgiyantoro sebagai alat pembedahnya.
Dalam teori ini bahwasanya moral dalam karya sastra, atau hikmah yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam penertian yang baik. Dengan demikian, jika dalam sebuah karya ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang kurang terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis maupun protagonis, tidaklah berarti bahwa pengarang menyarankan pembaca untuk bersikap dan bertindak secara demikian. Sikap dan tingkah laku tokoh tersebut hanyalah model, model yang kurang baik, yang sengaja ditampilkan justru agar tidak diikuti, atau minimal tidak dicenderungi, oleh pembaca. Pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah sendiri dari cerita tentang tokoh “jahat” itu. Eksistensi sesuatu yang baik, biasanya, justru akan lebih mencolok jika dikonfrontasikan dengan yang sebaliknya.
Menurut KBBI secara umum moral menyaran pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diteriama umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Dalam kaitannya dengan teori kesastraan, menurut Burhan Nurgiyantoro, Moral dapat berupa pesan religiusitas dan agama dan berupa pesan kritik sosial. Dari segi bentuk penyampainnya, pesan/amanat tersebut dapat berbentuk penyampain pesan secara langsung atau penyampain pesan secara tak langsung. Pertama, “penyampaian pesan secara langsung” Bentuk penyampain pesan moral yang bersifat langsung, boleh dikatakan, identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, telling, atau penjelasan, expository. Jika dalam teknik uraian pengarang secara langsung mendeskripsikan perwatakan tokoh (-tokoh) cerita ynag bersifat “memberi tahu” atau memudahkan pembaca untuk memahaminya, hal yang demikian juga terjadi dalam enyampaian pesan moral. Artinya, moral yang ingin disampaikan, atau diajarkan, kepada pembaca itu dilakukan secara langsung dan eksplisit. Pengarang, dalam hal ini, tampak besifat menggurui pembaca, secra langsung memberi nasihat dan petuah.
Bila pesan secara langsung tersebut berada di luar cerita, hubungan pengarang (addresser) dengan pembaca (addresse) dalam model ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Pengarang Amanat Pembaca
(Addresser) (Message) (Addresse)

Bila pesan secara langsung tersebut ada dalam cerita, maka komunikasi pengarang-pembaca itu akan terjadi dalam dua jalur seperti terlihat dalam gambar berikut.

Pengarang Amanat Pembaca

ditafsirkan
oleh

Amanat Amanat

dituangksn
kedalam
Teks

Kedua, bentuk “penyampain pesan secara tidak langsung”. Menurut Nurgiyantoro, cirinya adalah tersirat dalam cerita dan berpadu secara komprehensif dengan unsur-unsur cerita yang lain. Walau pengarang ingin menyampaiakan sesuatu, ia tidak melakukannya dengan vulgar karena ia sadar telah memilih jalur cerita. Bagaimanapun juga, karya sastra yang berbentuk cerita hadir kepada pembaca pertama-tama sebagai cerita. Kalau ingin disampaikan ke pembaca yang sebenarnya inilah tjuan pokok pengarang hal ini dilakukan secara tersirat dan terserah pada penafsiran pembaca. Cara ini justru lebih diterima sebab mampu memaksa pembaca untuk merenungkan dan menghayatinya lebih intensif.
Jika dibandingkan dengan teknik pelukisan watak tokoh, cara ini sejalan dengan teknik ragaan, Showing. Yang ditampilkan dalam cerita adalah peristiwa-peristiwa, konflik, sikap dan tingkah laku para tokoh dalam menghadapi peristiwa dan konflik itu, baik yang terlihat dalam tingkah laku verbal, fisik, maupun yang hanya terjadi dalam pikoran dan perasaannya. Melalui berbagai hal tersebut, message, pesan moral disalurkan. Sebaliknya, dilihat dari pembaca, jika ingin memahami dan atau menafsirkan pesan itu, haruslah ia melakuknnya berdasarkan cerita, sikap dan tingkah laku para tokoh tersebut. Penyampaian tidak langsung ini menurut Leech & Short via Nurgiyantoro.

Pengarang ---------------------------------------------- Pembaca
ditafsirkan
oleh


AMANAT AMANAT

Dituangkan
Kedalam _ _ _ _ TEKS _ _

Dengan demikian, penyampain tidak langsung berkaitan dengan interpretasi pembaca. Model ini lebih mendekati hakekat sastra sebagai media komunikasi secara tidak langsung.Justru, melalui penafsiran pembaca yang variatif, dinamis, dan ditentukan reportoire masing-masing pembaca itulah, karya sastra bertafsir majemuk yang sesuai dengan hakekat sastra itu sendiri.
Bekaitan dengan penelitian ini, pesan moral yang disampaikan pengarang dalam novel ini ternyata bersifat tidak langsung. Oleh karena itu penulis berfokus pada kajian moral yang sifat pesan/amanatnya tidak langsung. Karenanya, proses interpretasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini didasarkan pada sikap dan prilaku para tokoh yang pesan moralnya penulis tangkap sesuai resepsi dan reportoire penulis.
Adapun dasar pokok pendekatan moral ini adalah:
a. Secara umum moral menyaran pada ajaran tentang baik dan buruk yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Pendekatan ini melihat dari aspek perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti dan susila.
b. Aspek religius dan kritik sosial, merupakan tujuan utama bagi para pembaca, karena nilai sastra yang tinggi itu apabila sastra itu mampu mencapai tujuan yang baik bagi seseorang sehingga pembaca menjadikannya sebagai suri tauladan.
c. Pendekatan ini memiliki perhatian yang besar terhadap respon penyampaian pesan moral yang menyentuh pembaca. Oleh karenanya, pembaca mempunyai peran penting dalam menilai sebuah karya sastra dari aspek bermanfaat atau tidaknya.
d. Pendekatan ini merupakan jawaban dari persoalan-pesoalan yang berkembang dalam masyarakat yang terkait dengan moral sehingga bagi para pembaca dapat mengamati dan mengambil kesimpulan dari karya sastra, untuk dijadikan acuan dalam menyikapi dan menjalani hidup yang multi kultur. Oleh karena itu, teori ini menetapkan bahwa sastra memiliki harkat, martabat dan nilai yang lebih tinggi dari nilai seni yang bersifat umum.
Pendekatan ini berlaku dengan tujuan; seluruh persoalan yang mencakup harkat dan martabat manusia, secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan kedalam persoalan; hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk hubungan dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Agar dari kesemua itu dapat terwujud baik, dengan demikian hadirnya sastra, mampu memberikan motifasi lebih untuk mencapai kehidupan masyarakat yang harmonis dengan akhlak yang baik.

3 komentar:

  1. mau curhat sedikit.. kebetulan skripsi saya membahas tentang nilai moral pada tokoh suatu novel.. nah, ketika saya mencari referensi teori moral kok susah banget ya mas di toko buku gak nemu2..
    kira-kira buku apa ini mas yang bisa jadi sumber referensi teori saya :(
    terima kasih...

    BalasHapus
  2. Buku yg berhubungan dngan pragmatik sastra apa ya?
    Teori abram tntang pragmatik judul nya apa?
    Tlong jawabannya

    BalasHapus
  3. Kalau menggunakan pendekatan pragmatik. Itu membahas tentang apa saja ya?
    Balas ya!!!!

    BalasHapus