Minggu, 08 Januari 2012

Pemikiran Ar Rumani Terhadap I'jaz

I. Pendahuluan Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw yang harus dipahami secara benar oleh setiap muslim. Oleh sebab itu kajian terhadap i'jaz al- Qur'an penting dilakukan. Selain sebagai prinsip elementer dalam kenabian, i'jaz al-Qur'an juga dibutuhkan dalam rangka mengetahui maksud firman Allah Swt. Signifikansi mukjizat tersebut bagi muslim adalah untuk membuktikan sumber keaslian kitab suci dan memelihara otoritas secara otentik dalam hal ini wahyu Ilahi. Para ulama dari satu generasi ke generasi yang lain telah lama membahas di mana sebenarnya letak kemukjizatan al-Qur'an tersebut. Kata I’jaz adalah masdar dari kata ‘ajz artinya lemah. Adapun maksud dari I’jaz adalah menampakkan kebenaran Nabi Mughammad SAW dalam tugas kerasulannya dengan menampakkan kelemahan masyarakat Arab dan generasi-generasi berikutnya untuk menentangnya. Al-Qur’an digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. Untuk menantang orang-orang pada masa beliau dan generasi sesudahnya yang tidak percaya akan kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah dan tidak percaya akan risalah Nabi SAW ajaran yang dibawanya. Terhadap mereka sungguh pun mereka memiliki tingkat fashahah dan balaghah sedemikian tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi mereka minta untuk menandingi Al-Qur’an dalam tiga tahapan : 1. Mendatangkan semisal Al-Qur’an secara keseluruhan. Sebagaimana di jelaskan pada surat Al-Isra’ayat88 :“Katakanlah sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain” 2. Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat ada dalam Al-Qur’an, sebagaimanadijelaskandalamsuratHudayat13 : “Bahkan mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an.” Katakanlah, kalau demikian, maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang di buat-buat menyamainya, dan pangillah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah, jika kamu memang orang-orangyangbenar” 3. Mendatangkan satu surat saja yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat23: “Dan jika tetap dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami {Muhammad}, buatlah satu surat saja semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. Disini pemakalah akan mencoba bagaimana pemikiran Ar Rummani terhadap ijaz alquran yang mempunyai karya ilmiah terhadap keunikan al quran. II. Isi Mengenal Ar Rummani Di antara pemikir itu adalah al-Rummani, pengarang kitab al-Nukat fi I’jaz al-Quran, salah satu karya ilmiah pertama yang menggunakan kata i’jaz dalam judulnya. Masalah utama yang dibahas dalam buku itu adalah pembuktian keunikan balaghah al-quran. Al-Rummani yang berpaham mu’tazilah berpandangan bahwa ide i’jaz memiliki tujuh segi, yaitu: 1.Tidak tertandinginya al-Quran, meski banyak faktor yang mendorong untuk menandinginya. 2.Tantangan mukjizat besar al-Quran yang berlaku untuk umum. 3.Al-Shorfah, yakni Allah memalingkan manusia dari menandingi al-Quran. 4.Balaghah al-Quran, yaitu kefasihan dan pengaruh estetikanya yang efektif. 5.Terdapatnya informasi dan berita yang benar tentang peristiwa masa depan. 6.Karakter al-Quran yang menyalahi kebiasaan, bukan puisi bukan prosa. 7. Pembandingan al-Quran dengan segala mukjizat yang pernah dikenal oleh agama lain. Al-Rummani tidak menjelaskan secara rinci dan panjang lebar ketujuh segi i’jaz tersebut kecuali tentang balaghah al-Quran. Pertama ia mendefinisikan balaghah sebagai berikut: “penyampaian makna ke dalam hati dalam bentuk lafal yang paling indah. Kemudian dilanjutkan dengan menyebutkan unsur-unsur balaghah yang berjumlah sepuluh, yaitu: a) al-ijaz, b) al-Tasybih, c) al- Ijaz (Kemukjizatan) Al-Qur’an Kata mukjizat berasal dari kata ‘ajaz (lemah).I’jaz dapat diartikan mukjizat, hal yang melemahkan, yang menjadikan sesuatu atau pihak lain tak berdaya. I’jazul Qur’an adalah kekuatan, keunggulan dan keistimewaan yang dimiliki Al-Qur’an yang menetapkan kelemahan manusia, baik secara terpisah maupun berkelompok-kelompok, untuk bisa mendatangkan minimal yang menyamainya. Kadar kemukjizatan Al-Qur’an itu meliputi tiga aspek, yaitu : aspek bahasa (sastra, badi’, balagah/ kefasihan), aspek ilmiah (science, knowledge, ketepatan ramalan) dan aspek tasyri’ (penetapan hukum syariat). Muhammad Ali Ash Shabumi dalam kitab At-Tibyan menyebutkan segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an sebagai berikut: 1.Susunan kalima nya indah. 2.Terdapat uslub (cita rasa bahasa) yang unik, berbeda dengan semua uslub-uslub bahasa Arab. 3.Menantang semua mahkluk untuk membuat satu ayat saja yang bisa menyamai Al-Qur’an, tapi tantangan itu tidak pernah bisa dipenuhi sampai sekarang ini. 4.Bentuk perundang-undangan yang memuat prinsip dasar dan sebagian memuat detail rinci yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia melebihi setiap undang-undang ciptaan manusia. 5.Menerangkan hal-hal ghaib yang tidak diketahui bila mengandalkan akal semata-mata. 6.Tidak bertentangan dengan pengetahuan ilmiah (ilmu pasti, science). 7.Tepat terbukti semua janji (ramalan) yang dikhabarkan dalam Al-Qur’an. 8.Mengandung prinsip-prinsip ilmu pengetahuan ilmiah didalamnya. 9. Berpengaruh kepada hati pengikut dan musuhnya. 1.Macam-macam I’jaz (Mukjizat) Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat material indrawi yang tidak kekal dan mukjizat immaterial, logis dan dapat dibuktikan sepanjang masa.mukjizat nabi-nabi terdahulu merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan atau dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat mereka merisalahkannya. Perahu Nabi Nuh yang dibuat dia atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang sedemikian dahsyat, tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s. dalam kobaran api yang sangat besar, berubah wujudnya tongkat Nabi Musa a.s. menjadi ular, penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. atas izin Allah, dan lain-lain. Kesemuanya itu bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat mereka berada, dan berakhir dengan wafatnya mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sifat indrawi atau material, tetapi dapat dipahami akal. Karena sifatnya yang demikian, ia tidak dapat dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya di mana dan kapan pun. 2.Segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an a. Gaya Bahasa Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu kagum dan terpesona. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka masuk islam. Bahkan, Umar bin Abu Thalib pun yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur’an. Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun. b. Susunan Kalimat Kendati pun Al-Qur’an, hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut nabi, tetapi uslub atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa Al-Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila di bandingkan dengan lainnya. Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu indah.di dalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan pernah ada ucapan manusia. Dalam Al-Qur’an, misalnya banyak ayat yang mengandung tasybih yang disusun kedalam bentuk yang sangat indah lagi mempesona, jauh lebih indah dari apa yang dibuat oleh para penyair atau sastrawan. Dapat dilihat dari satu contoh dalam surat Al-Qariah ayat 5, Allah berfirman : “Dan gunung-gunung seperti bulu yang di hambur-hamburkan” c. Hukum illahi yang sempurna Al-Qur’an menjelaskan pokok-pokok akidah, norma-norma keutamaan, sopan santun, undang-undang ekonomi, politik, social dan kemasyarakatan,serta hukum-hukum ibadah. Apabila memperhatikan pokok-pokok ibadah, kita akan memperoleh kenyataan bahwa islam telah memperluasnya dan menganekaragamkan serta meramunya menjadi ibadah amaliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga berupa ibadah amaliyah sekaligus ibadah badaniyah, seperti berjuang di jalan Allah. Al-Qur’an menggunakan dua cara tatkala menetapkan sebuah ketentuan hokum, yakni: secara global (perinciannya diserahkan kepada Mujtahid) dan secara terperinci (berkaiatan dengan dengan utang piutang, makanan yang halal dan yang haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah perkawinan) d. Ketelitian Redaksinya Ketelitian redaksi bergantung pada hal berikut :  Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya, beberapa contoh diantaranya :  Al-Hayah (hidup) dan Al-Maut (mati), masing-masing sebanyak 145 kali  An-Naf (manfaat) dan Al-Madharah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali  Al-Har (panas) dan Al-Bard (dingin) sebanyak 4 kali  As-Shalihat (kebajikan) danAs-Syyiat (keburukan) sebanyak masing-masing 167 kali  Ath-thuma’ninah (kelapangan/ketenangan) dan Adh-dhiq (kesempitan/kekesalan) sebanyak masing-msing 13 kali Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna yang dikandungnya a. Al-harts dan Az-zira’ah (membajak/bertani) masing-masing 14 kali b. Al-‘ushb dan Adh-dhurur (membanggakan diri/angkuh) masing-masing 27 kali c. Adh-dhaulun dan Al-mawta (orang sesat/mati jiwanya) masing-masing 17 kali e. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukan akibatnya a. Al-infaq (infaq) dengan Ar-ridha (kerelaan) masing-masing 73 kali b. Al-bukhl (kekikiran) dengan Al-hasarah (penyesalan) masing-masing 12 kali c. Al-kafirun(orang- orang kafir) dengan An-nar/Al-ihraq (neraka/pembakaran) masing-masing 154 kali f. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya a. Al-israf (pemborosan dengan As-sur’ah (ketergesaan) masing-masing 23 kali b. Al-maw’izhah (nasihat/petuah) dengan Al-lisan (lidah) masing-masing 25 kali c. Al-asra (tawanan) dengan Al-harb (perang) masing-masing 6 kali g. Di samping keseimbangan-keseimbangan tersebut, di temukan juga keseimbangan khusus a. Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari dalam bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat dua belas kali sama dengan jumlah bulan dalam setahun. b. Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah ayat 29, surat Al-Isra ayat 44, surat Al-Mu’minun ayat 86, surat Fushilat ayat 12, surat Ath-thalaq 12, surat Al- Mulk ayat 3, surat Nuh ayat 15, selain itu, penjelasan tentang terciptanta langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat. c. Kata-kata yang menunjukkan kepada utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir (pembawa berita gembira) atau (nadzir pemberi peringatan), kesemuanya berjumlah 5189 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut yakni 518. e. Berita tentang hal-hal yang gaib Sebagaian ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur’an itu adalah berita-berita gaib. Firaun yang mengejar-ngejar Nabi Musa, diceritakan dalam surat Yunus ayat 92 : “Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang dating sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami” Pada ayat itu ditegaskan bahwa badan firaun tersebut akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun SM. Pada awal abad ke-19 tepatnya. f. Isyarat-isyarat ilmiah Banyak sekali isyarat ilmiah yang di temukan dalam Al-Qur’an, misalnya : a. Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan. Sebagaiman yang dijelaskan dalam firman Allah surat Yunus: 5 “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkannya manzilah-manzilah {tempat-tempat} bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan {waktu}. Allah tidak menciptakan yang demikian itu, melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda {kebesaran-Nya} kepada orang-orang yang mengetahui}” b. Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan napas.Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 25 c. Perbedaan sidik jari manusia. Al-Qur’an surat Al-Qiyamah ayat 4 d. Aroma atau bau manusia berbeda-beda. Al-Qur’an surat Yusuf ayat 94 e. Masa penyusunan yang tepat dan masa kehamilan minimal, Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 233 f. Adanya nurani {superego} dan bawah sadar manusia. Al-Qur’an surat Al-Qiyamah ayat 14 g. Yang merasakan nyeri adalah kulit. Al-Qur’an surat An-nisa ayat 56: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, kelak akan kami masukkan mereka kedalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana” istiarah, d) al-Ta’alum, e) al-Fawashil, f) al-Tajanus, g) al-Tashrif, h) al-Tadhmin, i) al-Mubalaghah, j) Husn al-bayan III. Penutup Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dalam bahasa Arab dengan segala macam kekayaan bahasanya. Di dalamnya terdapat penjelasan mengenai dasar-dasar aqidah, kaidah-kaidah syariat, asas-asas perilaku, menuntun manusia ke jalan yang lurus dalam berpikir dan beramal. Namun, Allah SWT tidak menjamin perincian-perincian dalam masalah-masalah itu sehingga banyak lafal Al-Qur’an yang membutuhkan tafsir, apalagi sering digunakan susunan kalimat yang singkat namun luas pengertiannya. Dalam lafazh yang sedikit saja dapat terhimpun sekian banyak makna. Dari berbagi penjelasan di atas tentang Ar Rummani dan masalah macam Ijaz, kita dapat mengetahui bahwa Al-Rummani yang berpaham mu’tazilah berpandangan bahwa ide i’jaz memiliki tujuh segi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar