Minggu, 25 Desember 2011

Sastrawan Timur Tengah Ibrahim Najih

Pendahuluan
Sastra adalah suatu hasil cipta karya manusia yang dituangkan dalam tulisan sehingga bisa mempengaruhi para pembaca melalui karya sastra sebagai fakta manusia. Dalam khazanah kesusastraan arab Ibrahim Naji adalah sala satu dari sekian banyak tokoh sastrawan yang terkenal di dunia sastra, anggota apollo tersebut berhasil menciptakan karya karya puisi. Bersama tokoh sastrawan lainnya seperti Ahmad Zaki Abu Shadi, Ahmad Sauki, Khalil Mutran dkk terutama angkatan apollo dia pernah menjadi wakil kepala di madrasah apollo.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang tokoh Ibrahim Naji ini pemakalah akan menguraikan beberapa perjalanannya dalam mengenalkan sastra arab terhadap sastra internasional terutama sastra Inggris dan berhasil mengisi kekosongan saat madrasah diwan bubar yang diprakarsai oleh Aqqad, Maziny, Ahmad Sauqi Dkk.






















1. Tentang Madrasah Apollo
Madrasah Apollo memerankan posisi penting dalam pembaharuan kesusasteraan Arab, terutama dimesir sebagai kota kelahirannya. Dipilihnya nama Apollo karena ia adalah dewa puisi bangsa Yunani. Diharapkan agar madrasah ini menjadi sumber inspirasi bagi para sastrawan. Sebenarnya, Apollo adalah nama untuk majalah dan jama’ah sastrawan sekaligus. Ketua pertamanya adalah Ahmad Syauqi, Khalil Mutran dan Ahmad Muharram (wakil ketua), Ahmad Zaky Abu Syadi (sekretaris) dan anggotanya terdiri dari Ibrahim Naji, Kamil Kaylani, Sayyid Ibrahim, dan lain lain. Begitu Ahmad Syauqi wafat 14 Oktober 1932, Apollo dipimpin oleh Mutran.
Kelompok ini muncul pada bulan September atau Oktober 1932 M atas prakarsa Ahmad Zaky Abu Shady dan diketuai Ahmad Syauqy yang kemudian sepeninggalnya digantikan oleh Khalil Mutran. Kemunculannya dilatari oleh beberapa faktor. Faktor politik misalnya, saat itu kondisi politik sangat cheos/amburadul sehingga membawa kecarut marutan dunia sastra. Para penyair tercerai-berai dalam berbagai kelompok politik sehingga kelompok Diwan pun bubar : Abd al Rahman Syukry meninggalkan dunia sastra, al Maziny beralih ke prosa dan journalistik, dan Aqqad menoleh pada banyak seni dan terjebak dalam dunia politik. Oleh karena itu beberapa sastrawan mencoba mengisi kekosongan ini dengan menarik Khalil Mutran sebagai simbol gerakan sastra dan menjadikan Ahmad Syauqy, tokoh berpengaruh dalam dunia sastra sebagai pemimpin dengan harapan banyak sastrawan yang akan bergabung dan ikut berkecimpung di dalamnya.
Madrasah Apollo, dalam banyak literatur, disebutkan sebagai jama’ah yang gerakannya tidak berkonsentrasi dalam bidang sastra. Apollo hanyalah gerakan yang memiliki obsesi untuk menyatukan dan memberikan wadah bagi para penyair untuk mengembangkan bakat seninya. Sehingga, bila modernisasi aliran Diwan banyak menghasilkan karya baik puisi maupun prosa, maka modernisasi kelompok Apollo lebih banyak menghasilkan konsep tentang karya sastra.
Terlepas dari adanya perdebatan, apakah kelompok ini merupakan aliran sastra seperti yang diyakini oleh Abd al ‘Aziz al Dasuqy atau tidak sebagaimana yang dikatakan oleh Syauqy Daif, yang pasti kelompok ini memiliki beberapa tujuan dari pembentukannya. Tujuan tersebut adalah: mengangkat martabat, derajat puisi arab dan memberi arahan pada para penyair; mengangkat nasib para penyair, baik dalam dunia sastra, sosial atau material dan membela kepentingan dan kehormatan mereka; juga mendukung kebangkitan seni dalam dunia puisi arab.
Beberapa ciri khas puisi hasil kreasi kelompok ini adalah : satu, puisi sentimentil atau curahan hati dengan kadar yang berlainan antar penyair sesuai dengan faktor milieu, kebudayaan, dan pembentukan kejiwaan masing-masing; dua, cinta alam sebagaimana kecintaan para penyair Mahjar dan Romantik dengan menjadikannya alat pengkonkritan kondisi kejiwaan dan sikap mereka pada kehidupan dan manusia; tiga, puisi mursal dengan mengabaikan rima; empat, beberapa penyair menyatakan emosi cinta dalam kerangka pengalaman subyektifnya; dan lima, beberapa penyair mengekspresikan kegagalannya menarik dan mendapatkan wanita lalu melukiskannya sebagai orang yang gegabah, kurang pertimbangan, dan suka berkhianat.
Penyair-penyair ternama kelompok ini antara lain : Ali Mahmud Taha, Ibrahim Najy, Abd al Latif al Najjar. Al Hamsyawy, Mahmud Hasan Ismail, Salihu George, Muhammad Abd al Gany Hasan, dan Mukhtar al Wakil.
Oleh karenanya, menurut al-Shabi, Apollo tidak menjadi aliran yang jelas, akan tetapi hanya merupakan revolusi yang dahsyat untuk mewujudkan kebebasan dan kesempurnaan puisi. Artinya, kelompok ini berhasil menjadikan prinsip-prinsip kelompok menjadi akar gerakan dalam mewujudkan tujuan.
2. Ibrahim Naji dan karyanya (1898-1953)
Tokoh sastrawan romantis dan pelopor berdirinya madrasah apollo ini, lahir pada tanggal 31 Desember 1898, ayahnya adalah seorang budayawan yang memiliki pengaruh besar dalam pertumbuhan bakat dan pengembangan wawasan kebudayaan. Beliau lulus dari sekolah kedokteran pada tahun 1923 , kemudian bekerja pada departemen transformasi, departemen kesehatan, dan pengawas umum divisi kesehatan di departemen perwakafan.
Appollo sendiri Apollo merupakan sebuah nama yang digunakan untuk menyebut majalah dan jama’ah sastrawan sekaligus. Jama’ah ini berdiri pada tahun 1922 di musim gugur. Muncul ditandai dengan terbitnya majalah Apollo edisi pertama pada bulan September tahun itu. Pada bulan yang sama pula yakni bulan September telah terbit edisi kedua yang memuat personalia jama’ah, yakni Ahmad Syauki sebagai ketuanya, Khalil Murtan dan Ahmad Muharam sebagai wakil ketuanya, Ahmad Zaki Abu Shadi sebagai sekertarisnya dan anggotanya terdiri dari Ibrahim Naji, Kamil Kaylani, Syaid Ibrahim, Ali Mahmud Taha, Hasan Al-Qayati, dan Hasan Kamil Al-Syarafi. Begitu Syauki wafat pada 14 oktober 1932, Apollo dipimpin oleh Khalil Martan dan berjalan 3 tahun berikutnya. Madrasah Apollo memerankan posisi penting dalam pembaharuan kesusasteraan Arab, terutama di Mesir sebagai kota kelahirannya. Dipilihnya nama Apollo karena ia adalah dewa puisi bangsa Yunani.(2) Kemunculannya dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Faktor politik misalnya, saat itu kondisi politik sangat cheos sehingga membawa kekacauan yang berimbas terhadap dunia sastra Arab. Para penyair tercerai-berai dalam berbagai kelompok politik sehingga kelompok Diwanpun bubar : Abd Al-Rahman Syukry meninggalkan dunia sastra, al Maziny beralih ke prosa dan jurnalistik, dan Aqqad menoleh pada banyak seni dan terjebak dalam dunia politik. Oleh karena itu beberapa sastrawan mencoba mengisi kekosongan ini dengan menarik Khalil Mutran sebagai simbol gerakan sastra dan menjadikan Ahmad Syauqy tokoh berpengaruh dalam dunia sastra sebagai pemimpin dengan harapan banyak sastrawan yang akan bergabung dan menjadikan inspirasi bagi para sastrawan lain untuk tetap berkarya.
Apollo berdiri setelah para pendukungnya mendapat inspirasi dari Al-Rabitah Al-Qalamiyah, jama’ah serupa yang didukung oleh para imigran Arab ke New York berdiri sebelumnya (1922) dan telah memberikan konstribusi yang besar bagi sastrawan Mahjar Utara. Hal ini didasarkan pada pendapat Abu Shadi dalam karyanya Al-Syafaq Al-Baki (1926) yang mencatat bahwa masyarakat Al-Rabitah Al-Qalamiyyah didirikan oleh orang-orang Syiria di New York. Pada karya yang sama, Abu Shadi juga mencatat bahwa Apollo ini juga di inspirasikan oleh sastrawan Inggris. Ia menyebut kelompok ini adalah masyarakat puisi (Poetry Society) Inggris. Puisi Inggris adalah inspirasi dari model puisi Mesir. Model ini juga sudah dilakukan Abu Shadi pada tahun 1927 dengan mendirikan perkumpulan sastra baru (Rabit Al adab Al JAdid) di Alexandria .
Apollo dalam banyak literatur, disebutkan sebagai jama’ah yang gerakannya tidak berkonsentrasi dalam bidang sastra, bahkan ia diklaim sebagai jama’ah yang tidak memiliki program khusus, Apollo hanyalah merupakan sebuah gerakan yang obsesinya hanya untuk menyatukan para penyair dan memberi wadah bagi mereka untuk mengembangkan bakat seninya. Menurut Abu Shadi. Apollo memepunyai 5 tujuan yakni:
1. Mengangkan puisi arab dan mengarahkan kegiatan para penyair kepada arah yang lebih progresif, Apollo adalah aliran yang mengarahkan para anggotanya dari pintu yang penuh dengan kegelapan menuju cahaya terang benerang. Melebarkan cakrawala puisi Arab, mengeluarkan mereka dari ikatan-ikatan yang diangap memberatkan generasi-generasi berikutnya.
2. Membantu kebangkitan seni dalam dunia puisi. Dalam kaitannya dengan dunia sastra dan keterprihatinannya terhadap pemikiran baru. Aliran ini menurut keyakinannya merupakan pembaharu bagi puisi Arab yang disatu sisi melebarkan tujuannya dan disisi lain membatasi tugasnya sebagai karya manusia yag universal/global menyeluruh.
3. Megangkat derajat puisi baik dibidang sastra, sosial, maupun ekonomi, serta mencegah eksklusifitasnya.
4. Menumbuhkan sikap toleransi, tolong-menolong, dan persaudaraan dikalangan para penyair ataupun sastrawan.
5. Memerangi monopoli dan menciptakan kebebasan puisi.
Perhatian Ibrahim Naji pada kebudayaan arab klasik sangant besar terutama karya klasik yang tercipta dai para tokoh sastra yang berpengaruh pada masa itu. Ilmu Balagah dan Ilmu al-Arudh al-Qawafi, beliau mempelajari ilmu itu serta puisi-puisi karya al-Mutanabbi, ibn ar-Rumi, Abu Nawas, dan juga puisi-puisi yang lainnya dipelajari secara mendetail dan komprehensif. Selain kebudayaan Arab klasik, dirinya juga menaruh perhatian besar terhadap kebudayaan Barat. Puisi karya para penyair Barat dipelajari secara seksama. Ia berhasil memadukan karya klasik arab dengan aliran romantisme barat dan nantinya hal itu mempengaruhi karya puisinya, yang dapat mengandung aliran romatisme.
Secara mendasar perbedaan antara sastra klasik dengan sastra romantis, bahwa sastra klasik meskipun bertujuan untuk memperjuangkan moral dan keinginan-keinginan bersama (sosial) terbatas pada wilayah tradisi dan teologis yang berlaku. Sastra klasik merupakan sastra aristokrat yang eklusif, terbatas pad lingkungan penguasa, tidak tersentuh oleh kelompok-kelompok masyarakat dan undang-undang yang berlaku, karena para penulisnya meyakini kebenaran teokrasi seperti keyakinan mereka pada agama.
Adapun penganut romantisme menggunakan cara yang berbeda dengan pendahulunya. Mereka mengkedepankan emosi dan menjadikan kebenaran-kebenaran hati melampaui undang-undang dan peraturan yang dianut dalam masyarakat. Namun demikian, mereka tidak menghendaki kerusakan atau pelanggaran terhadap politik, aqidah, dan agama yang sudah berlaku di masyarakat. Segala sesuatu, dalam sastra mereka, merupakan tempat yang layak untuk dipersoalkan. Dalam keremajaan emosi dan dunia mimpi, mereka membantu menyebarkan keadilan masyarakat dan menetang kekuasaan aristrokasi serta memudahkan jalan Borjuis untuk memiliki hak hukum yang sama didepan peradilan. Tentang hal ini, Victor Hugo berkata, “Tuhan puisi telah muncul lagi. Ia akan menguasai dan memimpin kita karena menangis atas kesengsaraan yang menimpa manusia,.... dan karena keutamaan yang suci tersebut revolusi ia jalankan dengan mempertruhkan jiwa, raga, dan karya. Ia memilih revolusi demi meraih kebebasan yang kan dinikmati oleh manusia.
Sebagai kritikus, beliau telah memberikan kritik terhadap puisi dan prosa yang ada sambil mengemukakan pendapat untuk memperbaruinya. Susunan bahasa puisi dan prosa yang penuh hiasan tak berisi diarahkannya kepada susunan kata yang penuh arti dan padat isi. Hal tersebut dapat digali dari keindahan lingkungan dan kekayaan budaya Mesir. Sebab, hal itu dapat menjadi bahan imajinasi dan bahan gubahan .
Sebagai sastrawan, sumbangan beliau terlihat pada tulisan-tulisannya, baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Ciri khas puisinya terletak pada sisi nuansa religinya terhadap islam dan pikiran yang menjadi suatu paduan yang sangat serasi. Karya puisi-puisinya mengetengahkan pendapat-pendapat yang brilian. Menurutnya, puisi yang hanya memerhatikan bentuk teksnya saja tidak akan berbobot dan puisi tidak hanya cukup pada cerita atau puisi cerita. Akan tetapi, yang terpenting dalam puisi adalah maknanya.
Karya-karya beliau sangat banyak dan beragam penulis hanya mampu menuliskan beberapa saja dari antologi puisinya: Warail Gamam terbit pada tahun 1934, layaaly Alqahirah terbit pada tahun 1941, Al kamil merupakan dewan tinggi untuk kebudayaan terbit pada tahun 1966 setelah beliau meninggal dunia. Karyanya yang lain adalah sebuah buku biografi dan study tokoh tentang Wiliam shakespiere, Ajhara Sar sebuah terjemahan karya puisi-puisi Francis yang ditulis oleh Baudelaire dll.
Ibrahim Naji pernah menjadi wakil di Madrasah Apollo Li As-Syi’r dan juga sebagai pimpinan ikatan para sastrawan di Mesir pad tahun 1945. Beliau meninggal dunia pada tanggal 24 Maret 1953.





Daftar Pustaka
J, Brugman. 1984. An Introduction To The History Of The Modern Arabic Literature In Egypt, E.J. Brill, The Netherlannd Organizatioan (Z.W.O): Leiden.
Syauki Dhoif. 2004. Al-Adab Al-Mana’shir fi Misry. Darul Ma’arif: Mesir.
Khairan Nahdiyyin. 2007. Adonis Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam volumen 3 Terjemahan; Ats-Tsabit wa al-Mutahawwil; Bahts fi Al-Ibda wa Al-Itba ‘Inda Al-Arab. LKIS; Yogyakarta.
Achmad Atho’illah Fathoni. 2007. Leksikon Sastra Arab Modren-Biografi dan Karyanya. Data Media; Yogyakarta.
Nasution, Harun dan Sholehudin, Nadwa dkk. 1997. Mukhtarat min al-Adab Al-Muqaran, Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta.
http://www.diwanalarab.com/article.php3?id_article=1128.
http://Ukon purkonudin.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar